Sabtu, 20 Februari 2010

Ma'rifatullah (Indonesia)

Rasulullah saw bersabda: "Hai Abu Dzar! Sembahlah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Bila kamu tidak dapat melihat-Nya, yakinilah sesungguhnya Dia melihatmu!"

Ma’rifatullah berarti mengenal Allah.
Mengenal Allah bukan berarti mencari tahu tentang Dzat-Nya, itu adalah tidak mungkin. Dalam mengenali Allah, Rasulullah saw menyuruh kita untuk memikirkan tentang ciptaan-Nya, tentang tanda-tanda kekuasaan-Nya dengan mengerahkan segala potensi akal, bukan memikirkan Dzat-Nya.

Khalifah Umar bin al Khattab radhiyallahu ‘anhu suatu hari, ia melihat seorang pemuda yang sedang menggembalakan beratus-ratus ekor kambing. Khalifah kagum akan kerajinan si penggembala dalam memberikan kasih sayang dan rasa tanggungjawabnya terhadap binatang gembalaannya tersebut.

Khalifah mendekati pemuda itu dengan menyamar sebagai orang biasa. Khalifah memanggilnya dan bertanya kepadanya: “Wahai anak muda! Aku sangat tertarik pada kambing-kambingmu, bolehkah aku membeli seekor?"
Anak muda itu menjawab: “Tidak boleh, Tuan, ini bukan kambing-kambing saya. Semua kepunyaan majikan saya.”
Khalifah berkata lagi: “Kalau kamu jual seekor saja, tentu majikanmu tidak akan tahu.”
Anak itu dengan cepat merespon: “Fa ainallaah, ya Sayyid? (Maka, di manakah Allah, hai Tuan?)

Khalifah terharu dengan jawaban sang pemuda dan terpesona oleh ketakwaannya. Pemuda itu seorang yang sadar bahwa jika majikannya tidak mengetahui apa yang ia lakukan, pastinya Allah Maha Mengetahui. Allah menyaksikan apa yang dilakukan manusia, sekalipun baru lintasan di dalam hati.

Orang yang mengenali Allah mata hatinya bersih, dapat merasakan kewujudan-Nya, menyadari pengawasan-Nya, dan kebersamaan-Nya. Orang yang mengenali Allah tidak dibutakan hatinya maupun terjerat harta dunia.

Allah berfirman:
72. dan siapa yang berada di dunia ini (dalam keadaan) buta (mata hatinya), maka ia juga buta di akhirat dan lebih sesat lagi jalannya.(Surah al Isra’/17)

46. Yang sebenarnya bukanlah mata kepala yang buta, tetapi yang buta itu ialah mata hati yang ada di dalam dada. (S. al Hajj/22)

Dengan mengenali Allah, hati cenderung untuk selalu mengingat-Nya. Dengan selalu mengingat Allah, maka timbullah rasa tentram dan damai. Jiwa terasa dekat dengan-Nya, sehingga lahir perasaan aman, karena yakin dirinya berada dalam perlindungan Allah SWT.

Orang yang telah dekat dengan Allah, tak ingin berpisah dari-Nya, tumbuh kerinduan kepada-Nya, timbul kecintaan terhadap-Nya, hanyut di dalam penghambaan, hidup penuh kebahagiaan. Kebahagiaan yang bukan bersumberkan kebendaan atau keduniaan.

Bukankah segala benda itu alat, bukankah dunia itu tunggangan? Tidak layak untuk dijadikan sembahan. Kecintaan hanya untuk Allah, tidak boleh ditukar lalu ditujukan untuk selain-Nya, tidak boleh diberikan untuk dunia, karena jauh dari Allah dapat mendatangkan malapetaka, kehancuran dan kesesatan.

حب الدنيا رأس كل خطيئة
Cinta terhadap dunia itu adalah puncak dari segala dosa.

Abu Bakar ash Shiddiiq pernah berdoa: “Ya Allah jadikan dunia ini di tangan kami, bukan di hati kami!"

Dengan demikian, mengenali Allah ialah mengikhlaskan seluruh langkah dalam kehidupan untuk mendapatkan ridha-Nya. Mengenali Allah ialah menjauhi riya’, ujub yang membawa kepada kesombongan, sifat angkuh yang akan memalingkan hidup dari tujuan asalnya yaitu pengabdian diri kepada Allah, penghambaan diri terhadap-Nya semata, bukan selain-Nya.

56. dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah dan beribadat kepadaKu. (S. adz Dzariyaat/51)

Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah bagi Allah Tuhan Pencipta semesta alam.”

Selasa, 13 Oktober 2009

MA’RIFATULLAH

Hai Abu Dzar! Sembahlah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, Bila kamu tidak dapat melihat-Nya, yakinilah sesungguhnya Dia melihatmu! (Maksud hadis Rasulullah saw)

Ma’rifatullah bererti mengenal Allah. Mengenal Allah bukan bererti mencari tahu tentang zat-Nya, itu adalah tidak mungkin. Dalam mengenali Allah, Rasulullah saw menyuruh kita memikirkan tentang ciptaan-Nya, tentang tanda-tanda kekuasaan-Nya dengan mengerahkan segala potensi akal, bukan memikirkan zat-Nya.

Khalifah Umar bin al Khattab radhiyallahu ‘anhu suatu ketika lalu di suatu tempat, ia ternampak seorang pemuda yang sedang mengembalakan beratus-ratus ekor kambing, khalifah terpegun akan kerajinan si pengembala, kasih sayangnya dan rasa tanggungjawabnya terhadap binatang gembalaannya.

Khalifah mendekatinya dengan menyamar sebagai bukan khalifah, lalu memanggilnya dan bertanya kepadanya: “Wahai anak muda! Aku sangat tertarik pada kambing-kambingmu, bolehkah aku membeli seekor?
Anak muda itu menjawab: “Tidak boleh tuan, ini bukan kambing saya, ia kepunyaan majikan saya”.
Khalifah mengujinya: “Kalau kamu jual seekor sahaja, tentu majikanmu tidak akan tahu”.
Anak itu dengan cepat merespon: “Fa ainallaah ya sayyid? (Maka, dimanakah Allah hai tuan?)…….

Khalifah terharu dengan jawapan si pengembala dan terpesona oleh takwanya. Ia seorang yang sedar bahawa jika majikannya tidak mengetahui apa yang ia lakukan, pastinya Allah Maha mengetahui, menyaksikan apa yang dilakukan manusia, sekalipun baru lintasan di hati.

Orang yang mengenali Allah mata hatinya celik, dapat merasakan kewujudan-Nya, menyedari pemerhatian-Nya, kebersamaan-Nya. ia tidak buta.

Allah berfirman:
72. dan sesiapa yang berada di dunia ini (dalam keadaan) buta (mata hatinya), maka ia juga buta di akhirat dan lebih sesat lagi jalannya.(Surah al Isra’/17)

46. Yang sebenarnya bukanlah mata kepala yang buta, tetapi yang buta itu ialah mata hati yang ada di dalam dada. (S. al Hajj/22)

Dengan mengenali Allah, hati cenderung untuk selalu mengingati-Nya, timbullah rasa tenteram dan damai, jiwa terasa dekat dengan-Nya, lahir perasaan aman, kerana yakin diri berada dalam perlindungan-Nya, tak ingin berpisah dari-Nya, tumbuh kerinduan kepada-Nya, timbul kecintaan terhadap-Nya, hanyut di dalam penghambaan, hidup penuh kebahagiaan. Kebahagiaan yang bukan bersumberkan kebendaan atau keduniaan.

Bukankah segala benda itu alat, bukankah dunia itu tunggangan? Tidak layak untuk dijadikan matlamat. Kecintaan hanya untuk Allah, tidak boleh ditukar lalu ditujukan untuk selain-Nya, tidak boleh diberikan untuk dunia, kerana itu adalah mala petaka, kehancuran dan kesesatan.

حب الدنيا رأس كل خطيئة
Cinta terhadap dunia itu adalah punca dari segala dosa.

Abu Bakar ash Shiddiiq pernah berdo’a: “Ya Allah jadikan dunia ini di tangan kami, bukan di hati kami!"

Mengenali Allah ialah mengikhlaskan seluruh langkah dalam kehidupan untuk mendapatkan ridha-Nya. Mengenali Allah ialah menjauhi riya’, ujub yang membawa kepada kesombongan, sifat angkuh yang akan memalingkan hidup dari tujuan asalnya iaitu pengabdian diri kepada Allah, penghambaan diri terhadap-Nya sahaja, bukan yang lain-Nya.

56. dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadat kepadaKu. (S. adz Dzariyaat/51)

Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah bagi Allah Tuhan Pencipta sekalian alam……”

BERSERAH DIRI KEPADA ALLAH

“Maka janganlah kamu diperdayakan oleh kehidupan dunia, dan jangan pula kamu diperdayakan oleh bisikan dan ajakan Syaitan yang menyebabkan kamu berani melanggar perintah Allah”. (S. Luqman/31:33)

Di antara penghalang ma’rifatullah ialah penyakit hati berupa kesombongan. Kesombongan sudah dikenali sejak zaman penciptaan manusia pertama iaitu Adam as.

Allah berfirman:
34. dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada malaikat: "Tunduklah (beri hormat) kepada Nabi Adam". lalu mereka sekaliannya tunduk memberi hormat melainkan Iblis; ia enggan dan takbur, dan menjadilah ia dari golongan yang kafir. (S. Al Baqarah/2)

12. Allah berfirman: "Apakah penghalangnya yang menyekatmu daripada sujud ketika Aku perintahmu?" Iblis menjawab: "Aku lebih baik daripada Adam, Engkau (Wahai Tuhan) jadikan daku dari api sedang dia Engkau jadikan dari tanah." (S. al A’raf/7)

Bermula dari merasa diri mulia, lalu merasa diri melebihi orang lain, lalu diiringi dengan menganggap orang lain lebih hina. Maka lengkaplah untuk disebut takbur atau sombong.

Padahal Allah-lah yang memberinya kemuliaan. Bahkan kejadian dirinya itu adalah kehendak dari Allah. Bukan hasil usaha dari dirinya sendiri.

Kesombongan menutup hati pemiliknya untuk menyedari hakikat diri, hakikat Pencipta yang memberinya segala nikmat, termasuklah apa yang dianggapnya sebagai kemuliaan diri. Itulah kekufuran yang membawa kepada kehinaan.

13. Allah berfirman: "Turunlah Engkau dari syurga ini, kerana tidak patut Engkau berlaku sombong di dalamnya; oleh sebab itu keluarlah, Sesungguhnya Engkau dari golongan Yang hina".(S. al A’raf/7)

Selain Iblis, Allah menceritakan kisah seorang manusia bernama Qarun.

76. Sesungguhnya Qarun adalah ia dari kaum Nabi Musa, kemudian ia berlaku sombong dan zalim terhadap mereka; dan Kami telah mengurniakannya dari berbagai jenis kekayaan yang anak-anak kuncinya menjadi beban yang sungguh berat untuk dipikul oleh sebilangan orang yang kuat sasa. (ia berlaku sombong) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah engkau bermegah-megah (dengan kekayaanmu), Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang bermegah-megah. (seperti lagakmu itu). (S. al Qashash/28)

78. Qarun menjawab (dengan sombongnya): "Aku diberikan harta kekayaan ini hanyalah disebabkan pengetahuan dan kepandaian Yang ada padaku". (S. al Qashash/28)

81. lalu Kami timbuskan dia bersama-sama dengan rumahnya di dalam tanah, maka tidaklah ia mendapat sebarang golongan Yang boleh menolongnya dari azab Allah" dan ia pula tidak dapat menolong dirinya sendiri. (S. al Qashash/28)

Mengobati Penyakit Sombong
Ingatlah bahawa segala sesuatu itu adalah milik Allah, apa yang manusia miliki adalah dari Allah, maka bersyukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya, itulah sikap yang mesti ada.

Bersyukur kepada-Nya ialah dengan mentauhidkan-Nya, tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain, mengutamakan-Nya dan berserah diri kepada-Nya.

Allah telah menceritakan kisah hamba-Nya Nabi Sulaiman as. Ia diberi banyak nikmat, menguasai berbagai bahasa, manusia, haiwan bahkan makhluk halus seperti jin dan lainnya. Ia juga diberi kekayaan luar biasa, bahkan juga memiliki kekuasaan yang luas. Ia sedar bahawa semua itu adalah kehendak dan karunia Allah. Ia tidak pernah merasa sombong, kerana yakin bahawa tanpa pertolongan Allah manusia tak berharga sama sekali. Segala nikmat itu tidak membuatnya lupa, bahkan tambah mengingatkannya lagi kepada Yang memberi nikmat iaitu Allah.

Berkatalah ia (Nabi Sulaiman as.): "Ini ialah dari limpah kurnia Tuhanku, untuk mengujiku adakah aku bersyukur atau aku tidak mengenangkan nikmat pemberianNya. dan (sebenarnya) sesiapa yang bersyukur maka faedah syukurnya itu hanyalah terpulang kepada dirinya sendiri, dan sesiapa yang tidak bersyukur (maka tidaklah menjadi hal kepada Allah), kerana Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, lagi Maha Pemurah". (Surah an Nml/27:40)

PERBANYAK ISTIGHFAR

Di antara penghalang ma’rifatullah ialah kekotoran hati yang disebabkan banyak dosa. Manusia adalah makhluk yang tidak sunyi dari dua sifat; lupa dan salah, kecuali baginda Rasulullah saw yang sentiasa dipelihara oleh Allah dari berperilaku salah. Oleh itu, sebagai makhluk yang dhaif di sisi Allah, kita diperintah untuk sentiasa memohon ampunan dari-Nya.

8. Wahai orang-orang Yang beriman! bertaubatlah kamu kepada Allah Dengan " taubat Nasuha", Mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapuskan kesalahan-kesalahan kamu dan memasukkan kamu ke Dalam syurga Yang mengalir di bawahnya beberapa sungai,….. ". (S. At Tahrim/66)

Allah menyeru orang-orang beriman, agar selalu memohon ampunan dari-Nya. Sama ada secara tidak sengaja melakukan kesalahan atau melakukannya secara sengaja, sama ada secara tidak sedar kita melakukannya, atau melakukannya secara sedar.

Ketika tergelincir melakukan kesalahan, janganlah terus beranggapan bahawa dosa dari kesalahan itu tidak akan diampuni Allah, bahawa diri akan diharamkan dari surga-Nya. Itu merupakan sikap berputus asa dari rahmat Allah.

87. …. dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat serta pertolongan Allah. Sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah itu melainkan kaum Yang kafir". (S. Yusuf/12)

Berputus asa dari rahmat Allah itu merupakan sifat orang-orang yang tidak percaya terhadap Allah yang mempunyai sifat-sifat mulia seperti Yang Maha memberi rezki, Yang Maha memberi nikmat, Yang Maha Pengampun. Yang Rahman dan Rahim. Tidak memohon ampunan atas dosa yang telah dilakukan boleh menimbulkan rasa berbangga dengan perbuatan maksiatnya itu.

Rasulullah saw pernah berpesan:

اتق الله حيث ما كنت, واتبع السيئة الحسنة تمحها و خالق الناس بخلق حسن
“Bertakwalah kepada Allah dimana sahaja kamu berada, iringilah perbuatan jahat dengan perbuatan baik agar ia dapat menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik.”

Itu bagi orang yang melakukan dosa, bagaimana pula bagi orang yang melakukan perbuatan baik?

Orang beriman dan melakukan amal shaleh, tidak patut beranggapan bahawa amalnya itulah yang menjaminnya mendapat kemuliaan Allah, yang menjaminya mendapat surga Allah. Ketahuilah bahawa amal kita merupakan kurnia dari Allah semata-mata, rezki dari Allah, Dialah yang member kita hidayah. Tanpa kurnia dari Allah manusia tidak memiliki daya dan kekuatan untuk melakukan amal tersebut.

لا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم
Tiada daya upaya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah.

Maka apa yang patut dilakukan seorang mukmin yang beramal shaleh ialah memohon ampun dari mempunyai anggapan bahawa dia telah berjasa kepada Allah, kepada Rasulullah saw dengan keislamannya, dengan ketaatannya. lalu menuntut paksa balasan pahala dan surga dari Allah.

17. mereka mengira dirinya berbudi kepadamu (Wahai Muhammad) Dengan sebab mereka telah Islam (tidak melawan dan tidak menentang). Katakanlah (kepada mereka): "Janganlah kamu mengira keIslaman kamu itu sebagai budi kepadaku, bahkan (Kalaulah sah dakwaan kamu itu sekalipun maka) Allah jualah Yang berhak membangkit-bangkitkan budiNya kepada kamu, kerana Dia lah Yang memimpin kamu kepada iman (yang kamu dakwakan itu), kalau betul kamu orang-orang Yang benar (pengakuan imannya).

Selain itu hendaklah ia sentiasa bersyukur atas hidayah Allah, atas kurnia Allah yang memberi kekuatan untuk ia dapat melakukan amal shaleh, bersyukur dengan menambahkan lagi ketaatan kepada-Nya.

Ketahuilah bahawa Allah tidak pernah mengingkari janji untuk membalas amal baik hamba-hamba-Nya.

7. maka sesiapa berbuat kebajikan seberat zarah, nescaya akan dilihatnya (dalam surat amalnya)! 8. dan sesiapa berbuat kejahatan seberat zarah, nescaya akan dilihatnya (dalam surat amalnya)! (S. Al Zalzalah/99)

TAWAKKAL

“Tenangkan dirimu!, apa yang menjadi urusan Allah (mencukupkan rezki untukmu), itu bukan kerja kamu.”

Esok nak makan apa?, Nak kahwin, wang dari mana? Kalau punya anak, macam mana nak bagi makan?,  Kalau dah ada anak banyak, kena beli rumah pula, kena ada kereta besar pula? Dari mana nak dapat duit? Dan untuk pendidikan mereka kalau dah besar nanti, macam mana pula?

Memikirkan berbagai perkara yang belum terjadi seperti di atas akan melahirkan kerisauan di dalam fikiran dan jiwa manusia, itu jika dibiarkan akan membuka peluang bagi syaitan menghakis keimanan dan melemahkannya.

Ketahuilah bahawa semua keperluan itu adalah urusan Allah, Dia yang telah menciptakan segala makhluk, Dia juga telah menyediakan untuk semua makhluk itu rezkinya.

6. dan tiadalah sesuatupun dari makhluk-makhluk Yang bergerak di bumi melainkan Allah jualah Yang memberi rezkinya”. (S. Hud/11)

Jadi janganlah risau, apa yang perlu ialah kembali kepada Allah, bertawakkal kepada-Nya dengan sebenar-benar tawakkal, pasti Dia akan selesaikan apa-apa yang merupakan urusan-Nya.

Rasulullah saw telah bersabda:

لو انكم تتوكلون على الله حق توكله لرزقكم كما يرزق الطير نغدوا خماصا وتروح بطانا
“Seandainya kamu semua bertawakkal kepada Allah dan berserah diri sepenuhnya, maka kamu akan mendapat rezki sepertimana burung-burung mendapatkannya, di waktu pagi dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan perut kenyang”. (HR. Imam Tirmizi)

Allah juga berfirman:
3. Dan (ingatlah) Barangsiapa yang bertawakkal (berserah diri) kepada Allah, maka Dia akan mencukupi keperluannya”.. (S. ath Thalaq/65)

Itulah keyakinan, asas yang kukuh, untuk dijadikan prinsip hidup, yang dengannya akan akan didapati  ketenangan.

Dengan ketenangan jiwa itulah, kehidupan dibina berpandukan ajaran Allah dan tauladan Rasul-Nya, hingga ke garis penamat! Ke hari perjumpaan dengan Allah. Itulah sebenarnya erti kebahagiaan, selain di dunia, juga di akhirat yang merupakan cita-cita setiap manusia.

Allah berfirman:
27-30. "Wahai orang yang mempunyai jiwa yang sentiasa tenang tetap dengan kepercayaan dan bawaan baiknya! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan keadaan engkau berpuas hati (dengan segala nikmat yang diberikan) lagi diredhai (di sisi Tuhanmu) ! Serta masuklah engkau dalam kumpulan hamba-hambaKu yang berbahagia - dan masuklah ke dalam syurgaKu! "(S. al Fajr/89)

Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah itu tidak akan mengingkari janjinya”.

“Rasulullah saw. Bersabda, Allah Taala berfirman:
“Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu jamaah manusia, maka Aku pun akan mengingatnya dalam suatu kumpulan makhluk yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Apabila dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari.”

Di antara serangan Iblis terhadap manusia ialah menanamkan rasa takut dan bimbang yang berlebihan, sehingga manusia terkena penyakit “Wahn” iaitu cinta dunia dan bencikan mati. Maka bermulalah ia memberi bahagian masa yang lebih untuk dunianya, memikirkan dunia, mencintai harta benda secara berlebihan dan mengejarnya, sehingga lupa Tuhan, lalu meninggalkan kewajipan dan lari dari tanggung jawab.

Rasulullah saw bersabda:
“Syaitan duduk menghalang anak Adam dalam tiga tempat; Ia duduk menghalanginya dari memeluk Islam. Ia berkata: “Adakah engkau mahu memeluk Islam dan meninggalkan agamamu dan agama datuk nenekmu? Tetapi ia tidak peduli dan memeluk Islam. Kemudian syaitan duduk pula menghalanginya dari berhijrah dengan berkata: “Adakah engkau hendak berhijrah?, mana boleh engkau meninggalkan tanah air dan langitmu? Tetapi ia tidak menghiraukan dan berhijrah. Kemudian syaitan duduk pula menghalanginya dari berjihad. Ia berkata: “Adakah engkau akan berjihad? (Adakah patut) engkau merosakkan diri dan harta sendiri?, kelak engkau bertarung dan terbunuh, isterimu dikahwini orang dan harta-hartamu dibahagi-bahagikan. Tetapi ia tidak pedulikan dan ia pun berjihad. Rasulullah saw menyambung sabdanya: “Maka barangsiapa yang (teguh pendirian) berbuat demikian maka wajiblah Allah memasukkannya ke dalam surga.” (HR. Nasa’i)

Miliki kemahuan keras untuk selamat dunia akhirat, jangan terpedaya dengan rayuan syaitan, dan lawan kehendak nafsu dengan perkara-perkara berikut:
1. Perbanyak dzikrullah
2. Isi kehidupan dengan pengabdian kepada Allah hingga ajal menjemput.
3. Sedarilah bahawa Allah telah menyediakan rezki untuk semua makhluk-Nya.
4. Sesungguhnya dunia adalah tempat persinggahan sementara.
5. Dunia akan fana.
6. Kita diciptakan Allah agar menjadi hamba kepada-Nya.
7. Serahkan segala permasalahan hidup kepada Allah, semua akan selesai.
8. Rezki, ajal, ketentuan baik atau buruk setiap diri kita sudah ditentukan oleh Allah.
9. Bertakwalah kepada Allah dimana pun kamu berada, niscaya Dia memberi jalan keluar.
10. Iringi setiap usaha dengan do’a, niscaya Allah akan memberi pertolongan-Nya.
11. Segala musibah adalah dengan izin Allah, tentu ada hikmahnya, terimalah dengan ridha.

Fikirkan apa yang mesti kau buat untuk mendapat janji Allah, kebahagiaan di akhirat, jangan kau menyibuk memikirkan apa yang sudah Allah sediakan untuk kehidupanmu di dunia!

BERDOALAH!

186. dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu mengenai Aku maka (beritahu kepada mereka): Sesungguhnya Aku (Allah) sentiasa hampir (kepada mereka); Aku perkenankan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu. maka hendaklah mereka menyahut seruanku (dengan mematuhi perintahKu), dan hendaklah mereka beriman kepadaKu supaya mereka menjadi baik serta betul. (S. al Baqarah/2)

Rasulullah saw pernah bersabda: “Doa itu intinya ibadah."
Allah menyukai apabila seseorang bekerja, berjuang untuk mendapatkan sesuatu, ia mengiringi usahanya itu dengan berdo’a. Manusia mesti berusaha, tetapi hasil bergantung kepada keizinan Allah bukan semata-mata disebabkan usahanya itu. Oleh itu jangan malas berdo’a.

60. dan Tuhan kamu berfirman: "Berdoalah kamu kepadaKu nescaya Aku perkenankan doa permohonan kamu." (S. al Mu’min/40)

Allah akan memperkenankan do’a hamba, itu adalah janji Allah dan Dia tidak sekali-kali mengingari janji. Jika do’a belum dikabulkan, itu disebabkan Allah lebih mengetahui apa yang baik dan yang tidak baik bagi hamba-Nya, apa yang bermanfaat dan yang mendatangkan madharat bagi hamba-Nya. Pengabulan doa itu pun mengikut kemahuan Allah, bukan kemahuan hamba. Begitu juga masa dan keadaan diperkenankannya doa, ikut kemahuan Allah bukan kemahuan hamba. Jadi itu jangan difikirkan. Teruskan berdo’a, dan tidak berputus asa. Ada juga do’a yang diperkenankan di akhirat kelak, bukan di dunia ini, dan itu adalah lebih baik, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, bahkan menganggap doanya tertolak.

Allah ada berfirman:
216.”….. dan boleh jadi kamu benci kepada sesuatu padahal ia baik bagi kamu, dan boleh jadi kamu suka kepada sesuatu padahal ia buruk bagi kamu. dan (ingatlah), Allah jualah Yang mengetahui (semuanya itu), sedang kamu tidak mengetahuinya.”(S. al Baqarah/2)

Rasulullah saw bersabda:
“Tiada seorangpun yang berdoa, melainkan Allah pasti akan mengabulkan do’anya itu, atau dihindarkan daripadanya bahaya, atau diampuni sebahagian dosanya selama ia tidak berdo’a untuk sesuatu yang menghala kepada dosa atau untuk memutuskan hubungan keluarga."

Teruskanlah berdoa, Allah suka hamba-Nya banyak berdoa, dan lakukanlah muhasabah diri, untuk membersihkan kekotoran yang menghalang pengabulan doa.

Rasulullah saw bersabda:
“Allah Ta’ala itu baik, tidak menerima sesuatu kecuali yang baik, dan Allah telah memerintahkan orang-orang mukmin sepertimana yang Dia perintahkan kepada kepada para rasul, maka Allah berfirman: “Wahai para rasul makanlah dari segala sesuatu yang baik dan lakukanlah amalan yang baik”. Dan juga berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa-apa yang baik dari apa yang telah Kami rezkikan padamu."

Kemudian baginda saw menceritakan tentang seorang lelaki yang telah jauh perjalanannya, berambut kusut berdebu, ia menadahkan kedua tangannya ke langit dan berkata: “Wahai Tuhan, wahai Tuhan!, sedang makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan ia dikenyangkan dengan barang yang haram, maka bagaimana mungkin akan diterima permohonannya."

Ada sepuluh sebab kenapa doa itu tidak diterima:
1. Kamu mengaku mengenali Allah tetapi kamu tidak memenuhi hakNya.                                            
2. Kamu mengaku mencintai Rasulullah tetapi kamu tidak pernah mengikuti sunahnya.
3.Kamu membaca al-Quran tetapi  kamu tidak mengamalkan isi kandungannya.
4. Kamu mengaku bahawa syaitan adalah musuh kamu tetapi kamu patuh padnya.
5. Kamu berdoa memohon dijauhkan api neraka tetapi kamu mendekatinya dgn selalu membuat maksiat.
6. Kamu berdoa semoga dimasukkan ke dalam syurga tetapi kamu tidak berusaha untuknya.
7. Kamu mengetahui bahawa kematian itu pasti, tetapi kamu tidak bersiap sedia untuknya.
8. Kamu selalu membuka keaiban saudara kamu tetapi kamu tidak melihat keaiban dirimu sendiri.
9. Kamu memakan segala rezeki dan nikmat Allah tetapi kamu tidak mahu mensyukurinya.
10. Kamu mengebumikan orang yang meninggal dunia tetapi kamu tidak mengambil iktibar darinya.